Santri adalah mereka yang taat menjalankan ritual agama yang tidak tersentuh dan menutup diri dari kehidupan modern yang tinggal di pondok Pesantren dan dibawah naungan kiai. Biasanya para santri juga terkenal dengan sarungnya karena kemana-kemana menggunakan sarung. Seiring dengan konteks social dan perkembangan zaman, santri tidak lagi identik dengan sarung, baju politisi, ekonom, cendikiawan dan lain lain telah abnyak dikenakan oleh kalangan santri. Itulah sebabnya santri kemudian disebut dengan “kekuatan baru” dalam kehidupan bangsa.
Mengamati dinamika santri yang semakin menarik dan basis massa yang besar maka seringkali mereka dijadikan komoditi politik oleh kalangan politisi, utamanya ketika menjelang pemilu. Dalam hal ini ada kalanya komunitas santri yang masih lugu itu dibodohi oleh para politisi dijadikan kendaraan untuk meraih kekuasaan terutama dalam masalah pemilu.
Seiring dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi santri akhirnya melakukan reposisi serta mereaktualisasi diri. Banyak bermunculan tokoh-tokoh dari kalangan santri dalam scope nasional ( politis), santri juga memiliki tawaran yang lebih konkret realistis, yakni melakukan pergeseran dari sekedar terlibat dalam tataran ideologis ke arena politik praktis dan berusaha membawa Islam kedalam lingkungan kekuasan. Mereka berperan aktif dalam berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satunya membentengi moralitas bangsa, moralitas budaya ini, dari sekularisme, neo kolonialisme, dan neo imperialisme.
Dari Gubuk Pesantren Menuju Menara Peradaban
Penting untuk diamati bagaiaman pola piker umat Islam dari generasi ke generasi, kita melihat bahwa ada keinginann besar dari generasi muda Islam ( santri) untuk menatap masa depan Islam sebagai kegiatan , sebagai kekuatan social, budaya, ekonomi dan politik. Ini meruapakn gejala baru yang mungkin disebabkan oleh adanya semangat intelektual yang mereka miliki, sehingga memungkinkan mereka berpikir secara tenang tentang h al-hal besar dan relevan mengenai masa depan umat, pembangunann bangsa dan lain lain.
Mereka tengah mencoba menerjemahkan Islam secara actual, dalam bahsa yang baru, serta mencoba merumuskan nama-nama Islam ke dalam berbagai konsep baru seperti halnya politik , ekonomi, sosial serta budaya. Ini berarti umat Islam sudah dapat menyuplai kebutuhannya sendiri, Karena ini kekuatan umat Islam mulai berada di gelanggang dan secara perlahan bergeser ke pusat-pusat perubahan, perubahan dari gubug pesantren menuju peradaban bangsa. Perubahan dari kegelapan menuju cahaya pelita, mari kita bangun sebaik-baik umat.